Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Bandung




"* Barudak STAIPI Bandung,BerFilsafat Bersama Dosen FalSafaH IlMu *"

Jumat, 24 Juni 2011

definisi filsafat ilmu


Nama : Hana Zulfa
Semester : IV
Jurusan : PAI
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

A. Definisi Filsafat Ilmu
The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu dapat dibedakan mejadi dua, yaitu:
1. Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permaslalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
a. Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah:
b. Tata susila yang mejadi pegangan penyelenggara ilmu;
c. Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
2. Filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara megusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
B. Objek dan Metode Filsafat Ilmu
1. Objek Filsafat Ilmu
a. Objek material Filsafat Ilmu
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidkan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disususn secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
b. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek Formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setisp ilmu pasti bebeda objek formalnya. Ojek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakaikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana memeperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi pengethauan itu bagi manusia? problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan llmu pengetahuan, yakni landasan ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
2. Metode Filsafat Ilmu
Untuk dapat memperoleh salah satu yang harus difahami oleh seorang ilmuan mengetahui cara apa yang harus digunakan? Ilmu dapat digali atau dicari menggunakan proses yang disebut dengan metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu . Syarat-syarat tertentu yang dimaksudkan adalah metode ilmiah. Metode dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langka-langkah yang sistematis.
Langkah-langkah sebagai alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam suatu prosedur yang mencerminkan tahapan-tahapan dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berfikir ilmiah yang diberintikan logico, hypotetico, verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Rumusan Masalah
b. Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah
c. Penyusunan kerangka berfikir dalam penyusunan hipotesis
d. Penyusunan hipotesis
e. Pengujian hipotesis
f. Penarikan kesimpulan

Menurut para ahli mengemukakan tentang pengertian filsafat ilmu, antara lain sebagai berikut:
Robert Ackerman mengemukakan bahwa Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
Lewis White Beck mengemukakan bahwa Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Peter Caws mengemukakan bahwa Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
* Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
* Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
* Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ayow Terus Tingkatkan Ilmumu, Jangan Pernah Menyerah, Gali potensimu Untuk mendapatkan Apa yang kamu Mau !!!