Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Bandung




"* Barudak STAIPI Bandung,BerFilsafat Bersama Dosen FalSafaH IlMu *"

Rabu, 29 Juni 2011

Wawancara



Oleh:
Nama : Ziyad Fakhrur Rozi
Semester : IV (empat)
Fakultas : Tarbiyyah
Jurusan : PAI


Wawancara
Seorang ayah yang bernama Saefuddin Abu Zahra, 29 tahun dengan tiga orang anak, ia adalah seorang pedagang obat herbal yang memulai karirnya sejak tahun 2008. Ada satu hal yang membuat ia bertahan untuk tetap berdagang yakni, ia berkeyakinan bahwa di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Al-bukhori tentang rizki bahwa sesungguhnya “Sembilan dari sepuluh pintu rizki yang Allah tetapkan untuk manusia itu adalah berdagang, sedangkan yang satunya lagi adalah bekerja dengan menjadi buruh”. Dengan keterangan ini ia berkeyakinan bahwa dengan usaha yang sedang dijalaninya ia akan mendapatkan rizki yang Allah tetapkan untuk setiap manusia termasuk untuk dirinya. Ia berkata “Sesunguhnya setiap manusia telah Allah tetapkan rizki yang besar, hanya saja tergantung sampai mana usaha atau ikhtiyar yang ia lakukan”. Sedangkan yang menjadi prinsip hidupnya atau dalam bahasa yang lain disebut dengan rumusan hidup yaitu “hidup adalah pencarian ridlo Allah”. Ujarnya, “Bisnis apapun, berdagang dalam bentuk apapun harus sesuai dengan apa yang Allah syari’atkan”, mafuhmnya ketika bisnis atau usaha yang sedang kita jalani ternyata bertentangan dengan apa yang Allah syari’atkan maka kita wajib meninggalkannya. Ia berdagang bukan hanya berdagang sebagaimana manusia pada umumnya yang hanya mengharapkan bati atau untung dari apa yang ia usahakan, akan tetapi jauh lebih baik dari itu bahwa ia ingin melakukan apa yang Rasulullah saw lakukan yang sekaligus menjadi contoh bagi umatnya yakni bukan tijaroh sambil mu’awanah, akan tetapi mu’awanah dalam bentuk tijaroh. Karena usaha yang ia lakukan adalah untuk mengharap ridlo Allah (utamanya), maka ketika ia ditimpa musibah dengan sebuah kerugian dalam bisnisnya, hal tersebut tidak menjadikannya jatuh terpuruk terbujur kaku, bak hilang ditelan dunia. Justru semua musibah tersebut menjadikannya sebuah pelajaran yang signifikantif untuk bangkit dari keterjatuhannya dan terengah kembali dari ketenggelamannya. Seperti itulah beliau.
Dan tentunya, sekapur sirih yang telah saya sodorkan ini berkaitan dengan kependidikan. Bahwa sebenarnya ia tidak akan mampu menjadi seorang yang berprinsip kalaulah bukan atas dasar diberikan pendidikan. Kemudian di samping itu, sesungguhnya semua manusia mempunyai tugas untuk mengaplikasikan atau mengaktualisasikan semua pendidikan yang ia terima dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga pribadi tersebut mampu menjadi manusia yang sangat signifikan bagi semua makhluk Allah, terutama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ayow Terus Tingkatkan Ilmumu, Jangan Pernah Menyerah, Gali potensimu Untuk mendapatkan Apa yang kamu Mau !!!