Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Bandung




"* Barudak STAIPI Bandung,BerFilsafat Bersama Dosen FalSafaH IlMu *"

Jumat, 24 Juni 2011

ResensiTotto-Chan

Resensi Buku Totto-Chan,
Gadis Cilik di Jendela
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas filsafat ilmu
oleh pak, Rosihan Fahmi




Oleh : Ismiyati Khoerani
Smster : IV (empat)
Fak/jur : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM
BANDUNG, Tahun 20011
Judul: Totto ó chanî Gadis Cilik di Jendelaî
Penerbit : GramediaPustaka
Pengarang : TetsukoKuroyanagi
Tahun Terbit : 2003


BUKU Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini memang bukan terbilang buku baru. Tapi jika ditilik isinya, buku ini tidak mengenal kata out of date. Tetsuko Kuroyanagi sangat piawai dalam mengemas kisah pengalaman hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sarat makna.
Buku ini bercerita tentang Totto-chan, gadis cilik yang harus dikeluarkan dari sekolahnya di usia 7 tahun. Keingintahuannya yang besar tentang sesuatu, membuat Totto-chan kecil berbeda dan dipandang aneh jika dibandingkan dengan teman-temannya. Mulai dari memanggil pengamen jalanan untuk memainkan musiknya di dalam kelas, sampai berbicara dengan burung Walet yang bertengger di pohon samping kelasnya. Alhasil, Totto-chan dikeluarkan dari sekolahnya. Kemudian, oleh ibunya ia dimasukkan ke sekolah Tomoe Gakuen yang didirikan oleh Sosaku Kobayashi.
Sekolah yang berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna hitam dan putih ini memang lain dari sekolah yang lain. Kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam gerbong kereta api yang sudah tidak dipakai lagi. Jumlah siswanya hanya sekitar lima puluh orang. Sekolah ini juga tidak mengharuskan siswanya memakai seragam yang rapi dan bersih, malah sebaliknya sekolah ini menganjurkan untuk memakai pakaian yang sudah usang untuk pergi ke sekolah.
Bersekolah di sana adalah hal yang menyenangkan bagi Totto-chan dan kawan-kawannya. Jika di sekolah lain setiap anak diberi jatah duduk di satu kursi tertentu, maka di Tomoe, mereka bebas memilih di mana me-reka akan duduk. Sekolah ini memberikan kebebasan kepada siswanya untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan. Setiap siswa bebas memilih pelajaran apa yang ingin dipelajarinya lebih dulu pada hari itu. Ada yang memilih membuat puisi dan ada juga yang melakukan eksperimen fisika. Metode ini memudahkan guru untuk mengetahui bidang apa yang diminati muridnya, termasuk mengetahui karakter siswa.
Belajar di Tomoe benar-benar menarik dan menyenangkan. Untuk makan siang saja harus ada ”sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan” agar anak-anak makan dengan gizi seimbang. Selain itu, jika sebelum makan orang-orang Jepang selalu mengucapkan kata ”Ittadakimasu” yang artinya selamat makan, maka di Tomoe sebelum makan mereka menyanyikan lagu ”Yuk kunyah-kunyah baik-baik semua makananmu” baru setelah itu mereka mengucapkan ”Ittadakimasu”. Setelah makan siang, biasanya mereka berjalan-jalan. Kemudian, ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada mere-ka bagaimana bunga-bunga sawi bisa bermekaran.
Tomoe mengajarkan banyak hal kepada anak-anak. Dengan berenang bersama tanpa busana, kepala sekolah ingin mereka paham bahwa semua tubuh itu indah. Jika mereka yang bertubuh cacat ikut berenang, maka rasa malu akan kekurangannya, akan hilang sedikit demi sedikit. Selain itu, Kepala Sekolah juga memberikan motivasi kepada anak yang tidak mampu bercerita tentang suatu hal sampai akhirnya anak itu mampu bercerita. Beliau juga mampu meyakinkan anak-anak bahwa mereka adalah anak yang baik dengan selalu mengucapkan ”Kau anak yang benar-benar baik, kau tahu kan?”.
Kepala Sekolah Kobayashi menghargai sesuatu yang bersifat alamiah dan ingin karakter anak-anak berkembang secara alami. Beliau sangat yakin bahwa seorang anak dilahirkan dengan watak baik. Oleh sebab itu, Kepala Sekolah Kobayashi berusaha menemukan hal itu dan mengembangkannya agar anak-anak dapat tumbuh dengan kepribadian yang khas. Kehidupan sehari-hari Tomoe juga mengajarkan bersikap sopan kepada orang lain dan tidak boleh melakukan hal yang membuat orang lain kesal. Bahkan, membuang sampah di tempat yang benar pun dipelajari dari Tomoe.
Buku Totto-chan menggambarkan dunia anak-anak yang penuh dengan kepo-losan dalam memandang suatu hal. Bahasa yang digunakan lugas dan khas anak-anak. Ketika kepala sekolah mengatakan bahwa akan datang gerbong kereta baru untuk kelas mereka, mereka berpikir akan dibuat rel sehingga gerbong itu sampai di sekolah me-reka. Padahal sebenarnya gerbong itu diangkut oleh trailer yang ditarik oleh traktor. Ketika mereka belajar bagaimana bunga sawi mekar, mereka mengatakan, ”Ternyata benang sari tidak mirip benang ya..
Pada dasarnya buku ini bercerita tentang metode pendidikan yang bagus, yang disampaikan dari sudut pandang seorang anak. Berapa banyak anak cerdas yang menjadi korban salah pendidikan karena sifatnya yang hiperaktif dan penuh kreativitas, yang justru sering dilihat sebagai kenakalan. Dan aku yang membacanya, membuatku terenyah dan kagum pada seseorang yang bisa membangun dan menumbuhkan sisi baik seorang anak karena anak-anak pasti baik, kenakalan adalah efek dari lingkungan dan orang dewasa yang tidak mengerti bagaimana bersikap pada mereka. Buku ini juga mengajarkan nilai-nilai bagaimana menjadi diri sendiri, berani mengutarakan pendapat, menghormati orang lain, menjaga persahabatan dan mengembangkan kreativitas pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ayow Terus Tingkatkan Ilmumu, Jangan Pernah Menyerah, Gali potensimu Untuk mendapatkan Apa yang kamu Mau !!!