Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Bandung




"* Barudak STAIPI Bandung,BerFilsafat Bersama Dosen FalSafaH IlMu *"

Jumat, 24 Juni 2011

Totto-chan


TOTTO CHAN





Hana Zulfa

09.0252




Biografi
Tetsuko Kuroyanagi lahir 9 Agustus 1933 di Tokyo. Tetsuko Kuroyanagi adalah seorang aktris tepang internasional yang terkenal, seorang pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris , World Wide Fund untuk penasihat Alam, dan Goodwill Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap sebagai salah satu selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam bukunya Potret Jepang: Foto-foto Orang yang berbeda-beda sebagai "yang paling populer dan dikagumi wanita di Jepang" .

Awal Kehidupan
Tetsuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo pada tahun 1933. Ayahnya seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Menurut Memoar Otobiografinya 1981, Kuroyanagi pergi ke SD Tomoe (Tomoe Gakuen) ketika ia masih muda. Setelah itu, ia belajar di Tokyo College of Music, jurusan opera, karena ia bermaksud untuk menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongaku pada tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam industri televisi hiburan, sehingga dia bergabung di Tokyo Hōsō Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrak ke Jepang Broadcasting Corporation (NHK).
Tanda-tanda jasa
Untuk keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi memenangkan Budaya Jepang Broadcasting Award, yang merupakan kehormatan tertinggi televisi di Jepang. Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa acara televisi favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s Room.
Pada tahun 2000, Kuroyanagi menjadi penerima pertama dari Global Leadership Award untuk Anak-anak, yang didirikan oleh UNICEF di ulang tahun ke-10 tahun 1990 World Summit for Children. Pada bulan Mei 2003, Kuroyanagi diterima Order of the Sacred Treasure dalam pengakuannya dua dekade pelayanan untuk anak-anak di dunia.

Tema
Tema dari novel ini sangatlah menarik, yaitu pendidikan. Novel ini adalah sebuah kejadian nyata dan dituliskan oleh Totto-chan sendiri, atau disebut juga Tetsuko Kuroyanagi. Karena latar belakang dari novel ini adalah sebuah pengalaman hidup yang nyata, deskripsi yang diberikan penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada di sana.
Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang ketiga. Diselingi dengan ilustrasi yang lucu, novel ini sangatlah menarik untuk dibaca.
Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang penulis juga mengenang teman-temannya di masa kanak-kanak yang masih lekat dalam ingatannya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.
Kepiawaian penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya sebagai seorang anak-anak. Meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah kembali ke masa kanak-kanaknya dan bercerita kepada para pembaca dengan begitu lancarnya.

Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan. Bayangkan apabila saat itu sang ibu malah menyalahkan Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu bersemangat dan menjalani hari dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen!
Amanat yang terkandung di dalam novel ini juga dapat diterapkan dalam membina jiwa pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang kepala sekolah bernama Sosaku Kobayashi, kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing. Bagaimana beliau berani mencoba dan mempelajari sesuatu yang dianggap tidak biasa dengan beragam tanggapan dari orang-orang. Bagaimana beliau sebagai kepala sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap selalu tegar dalam situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup. Pada akhirnya, saya sangat merekomendasikan novel ini untuk dibaca segala kalangan oleh karena segala nilai indah yang dapat kita petik darinya.

Tujuan Penulisan
Ketika kita membaca novel, pembaca pasti sudah dapat mengimajinasikan kronologis cerita di dalamnya sehingga dapat memperoleh gambaran tentang suatu hal yang ingin disampaikan penulis (komunikator) kepada pembaca (komunikan). Penulis tentunya sudah mempunyai ide atau gagasan apa saja yang ingin disampaikan, sehingga membentuk sebuah komunikasi persuasif yang positif bagi pembaca.
Di dalam novel Totto-chan mengispirasikan akan sesuatu, yaitu mengenai metode pembelajaran yang aktif dan tidak membosankan. Buku ini lebih mirip buku cerita ringan yang dapat menjadi sumber inspirasi siapa saja yang ingin membuat sekolah menjadi tempat pengembangan diri yang menyenangkan. Banyak hal-hal yang menarik yang bisa dilakukan di sekolah, bukan hanya sekedar membaca, menulis dan berhitung. Sekolah adalah sebuah tempat yang mengasyikkan untuk membina potensi diri dan belajar menikmati interaksi dengan orang lain. Buku ini juga akan membuka wawasan tentang potret kehidupan sehari-hari di sekolah dari kacamata seorang gadis kecil.
Metode belajar yang fariatif ini membuat peserta didik menjadi lebih aktif mengikuti pelajaran. Berikut kutipan beberapa metode yang diceritakan dalam novel Totto-chan:
DI awal jam pelajaran pertama, guru membuat daftar semua soal dan pertanyaan mengenai hal-hal yang akan diajarkan hari itu. Kemudian guru berkata, “Sekarang, mulailah dengan salah satu dari ini. Pilih yang kalian suka.” Dengan metode pengajaran tersebut membuat guru bisa mengamati, sejalan dengan waktu bidang apa yang diminati anak-anak, termasuk cara berpikir dan karakter mereka. Ini cara ideal para guru untuk mengenal murid mereka. Bagi murid-murid, memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai sungguh sangat menyenangkan. Fakta bahwa mereka punya waktu seharian untuk mempelajari materi-materi yang tidak mereka sukai, menunjukan bahwa entah bagaimana mereka bisa bertahan menghadapi pelajaran-pelajaran itu. Jadi belajar di sekolah sebaiknya bebas dan mandiri.
Metode lainnya adalah setelah anak-anak di sekolah Tomoe Gakuen selesai beristirahat. Kemudian sang guru mengajak siswa untuk berjalan-jalan. Ketika berjalan-jalan, mereka tidak hanya asik menikmati pemandangan lingkungan tetapi mereka dapat belajar dari lingkungan. Ibu guru menjelaskan bagaiman proses bunga bermekaran. Guru menjelasakan tentang putik dan benang sari dibantu oleh kupu-kupu membantu proses penyerbukan sehingga bunga dapat bermekaran. Jadi, pada dasarnya bahwa belajar tidak selalu di dalam kelas. Belajar pada alam lingkungan biasa justru lebih melekat dalam ingatan, karena anak dapat tahu secara pasti objek yang dipelajari.
Sesuatu yang patut dicontoh dari pernyataan Mr.Kobayashi kepala sekolah dari Tomoe Gakuen adalah:
Dia yakin, setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh-pengaruh buruk orang dewasa.
segala sesuatu yang alamiah dan ingin agar karakter anak-anak berkembang sealamiah mungkin. (hal 251)
Kutipan lainnya yang dapat menjadi inspirasi adalah:
“Entah bagaimana, kehidupan sehari-hari di Tomoe telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang yang lebih kecil atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti mempermalukan diri sendiri, bahwa setiap kali melewati sampah mereka harus mengambil dan membuangnya ke tempat sampah, dan bahwa mereka tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu.” (hal 95)
Dari beberapa kutipan cerita di atas menegaskan bahwa sebenarnya metode belajar aktif telah digunakan oleh pengajar sejak dulu, hanya saja belum dinamakan sebagai metode belajar active learning. Kutipan cerita di atas tentunya dapat menggugah pikiran kita, bahwa sebagai seorang seorang pengajar jangan sampai mengorbankan waktu belajar siswa dengan cara yang membosankan, yang justru akan mematikan kreatifitas siswa. Biarlah siswa yang aktif memperoleh pelajaran yang ia sukai, kita sebagai seorang guru hanya bertugas memfasilitasi dengan metode yang tepat. Mungkin dari novel inilah salah satu jalan untuk mengajak masyarakat yang berkecimpung dalam dunia pendidikan akan lebih mengembangkan lagi metode belajar aktif atai Active Learning.

Makna dan Kesimpulan
Makna yang dapat ditafsirkan dari cerita Tetsuko tentang sistem pendidikan yang ia terima di sekolah dasar adalah suatu pembebasan. Tepatnya, pendidikan yang membebaskan. Kobayashi lebih dulu memikirkan dan sudah mempraktikkan suatu sistem pendidikan yang membebaskan itu, ketika Paulo Freire, seorang tokoh terkenal dalam pendidikan yang membebaskan, mungkin masih menggelisahkannya.
Konsep berpikir tentang perkembangan alamiah anak juga sudah diterapkannya ketika ia mendirikan taman kanak-kanak sebelum Tomoe berdiri. Baginya, ia tidak ingin memaksa anak-anak tumbuh sesuai bentuk kepribadian yang sudah digambarkan. Dalam praktiknya di sekolah Tomoe, guru memberikan semua mata pelajaran yang ditulis di papan, dan setiap anak dapat memilih mana dulu yang ingin dikerjakan. Guru tinggal membantu, jika anak-anak mengalami kesulitan.
Kobayashi menekankan kepercayaan pada anak-anak untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, coba kau baca, apa yang kau pikirkan jika seorang anak kecil membuka tutup kakus [pada masa itu wc masih berbentuk kakus], lalu mengeluarkan seluruh kotoran ke permukaan tanah dengan gayung. Ia memang mempunyai alasan, mengambil dompetnya yang terjatuh di dalam bak penampungan kotoran, saat ia ingin tahu dan mengintip ke dalam lubang gelap bak kakus tersebut. Bagiku sulit dibayangkan, ada orang dewasa seperti Kobayashi yang bisa berkata dengan tenang: “Kau akan memasukkan kembali, kalau sudah selesai kan?” Mendapatkan respon seperti itu, Totto Chan pun memasukkan kembali kotoran dalam lubangnya, juga memasukkan tanah yang basah, kemudian meratakan tanah, menutup kembali lubang itu dengan rapi lalu mengembalikan gayung yang dipinjamnya dari gudang tukang kebun.
Kobayashi memahami, pendidikan adalah mengalami. Belajar tidak harus dalam ruangan seperti layaknya sekolah-sekolah lain. Gerbong kereta adalah ide yang sangat imajinatif, dan bersahaja. Sekolah tidak menggunakan seragam, dan bahkan dianjurkan dengan baju yang tidak bagus. Karena sekolah adalah main,dan memang main bagi anak-anak sangat intim dengan kotor dan kerusakan baju, sobek sana-sini.
Kobayahi juga memberikan afeksi dengan kedekatan emosianal pada anak-anak. Ia tidak berjarak. Ia pun memberikan peluang besar bagi anak-anak mengartikulasikan pikiran-pikirannya di depan banyak orang. Dan satu hal, ia mengajari bagaimana menghargai anak-anak perempuan. Ia juga memberi kesempatan bagi anak-anak yang secara umum dikatakan cacat tidak merasa rendah diri. Dalam suatu pelajaran renang, anak-anak dibiarkan telanjang, dengan tidak memaksa, ia menganjurkan itu. Ia menanamkan suatu pelajaran, supaya anak-anak yang mempunyai cacat tubuh sejak usia dini tidak minder dan berusaha menutupi kecacatannya dalam pakaian. Ia ingin anak-anak merasakan penerimaan orang lain terhadap kecacatannya. Kobayashi pun yakin, dalam dunia anak-anak, yang wajar adalah anak-anak yang punya rasa keingintahuan sesuai dengan usianya tentang perbedaan jenis kelamin.
Sistem pendidikan yang dipikirkan dan dipraktikkan Kobayashi menurutku merupakan suatu perlawanan terhadap sistem pendidikan yang tengah ada. Waktu itu sistem pemerintahan di Jepang menganut fasisme. Ambisi Jepang untuk menjadi Negara terkuat di Asia, menyeretnya bersekutu dengan Musolini dan Hitler. Model pendidikan Kobayashi, meskipun kecil dan sangat marjinal tapi bertentangan dengan sistem pendidikan yang telah ada. Meskipun demikian pemerintahan Jepang secara resmi tetap mengizinkan praktik pendidikan model Kobayashi. Bahkan di lingkungan Departemen Pendidikan Jepang, Kobayashi mendapat tempat dan sangat dihormati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ayow Terus Tingkatkan Ilmumu, Jangan Pernah Menyerah, Gali potensimu Untuk mendapatkan Apa yang kamu Mau !!!